Menutup tahun giling 2014 tercatat produksi gula Jawa Timur
yang dihasilkan oleh 31 PG di Jawa Timur mencapai 1,26 juta ton. Di
bawah 5 perusahaan gula yaitu PTPN X, PTPN XI, PT. Candi Baru, PT.
Rajawali dan PT. Kebon Agung tebu dengan areal seluas 219.110 ha telah
selesai diproduksi menjadi gula. Produksi tersebut naik 16.000 ton
dibandingkan tahun 2013 silam. Kenaikan produksi ini menunjukkan
berhasilnya Bongkar Ratoon yang dilaksanakan pada tahun 2013 yang lalu.
Sebagaimana diketahui bahwa Bongkar Ratoon adalah peremajaan tanaman
tebu, di mana tebu yang telah dikepras 3 kali atau lebih akan menurun
produktivitasnya, sehingga perlu dilakukan penggantian tanaman dengan
cara membongkar seluruh akar tanaman tebu untuk kemudian ditanami dengan
tanaman baru dari bibit hasil KBD yang telah disertifikasi. Kegiatan
Bongkar Ratoon pada tahun 2013 tersebut menampakkan hasilnya setelah
tahun 2014 ini walaupun cuaca juga tak bersahabat, dan musim kemarau
basah, namun produksi gula terbukti masih ada kenaikan.
Kondisi positif tersebut juga diiringi oleh berbagai permasalahan lain yang muncul pada saat tebu sudah menjadi gula. Harga gula tebu sesuai HPP 2014 dipatok pada Rp. 8.500 /kg. Namun yang terjadi di lapangan ternyata harga lelang tebu berada di bawah HPP yaitu di kisaran Rp. 7.500 – Rp. 8.000. Rendahnya harga lelang gula ini karena tidak lakunya gula di pasaran, diduga akibat rembesan gula rafinasi yang masuk di pasar konsumsi. Mestinya gula rafinasi yang memang lebih murah itu khusus untuk industri makanan dan minuman saja. Kalau sampai merembes ke pasar konsumsi tentu saja gula PG kalah bersaing harga dan menjadi tidak laku.
Permasalahan lain yang juga dirasakan adalah menjadi macetnya distribusi gula ke wilayah Indonesia Timur. Produksi gula Jawa Timur yang selalu surplus dari tahun ke tahun, dari total produksi Jatim 1,26 juta ton; konsumsi untuk Jawa Timur adalah 450 ribu ton sehingga ada surpus 810 ribu ton. Tahun – tahun yang lalu surplus gula Jawa Timur ini didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan gula di Indonesia Timur, namun tahun ini nampaknya distribusi tersebut menjadi macet. Hampir tidak ada aliran perdagangan gula ke wilayah Indonesia Timur. Pertanyaannya lantas dari mana Indonesia Timur bisa memenuhi kebutuhan gula konsumsinya kalau tidak dari Jawa Timur? Dan lagi – lagi rembesan gula rafinasi ke pasar konsumsi diduga menjadi penyebabnya.
Akumulasi dari permasalahan tersebut berakibat menumpuknya stok gula di gudang milik PG – PG di Jawa Timur. Tercatat sampai akhir tahun 2014, masih tersisa 730 ribu ton gula di gudang milik PG. Kondisi ini cukup membingungkan para pelaku industri gula di Jawa Timur. Yang juga menambah ganjalan lagi adalah pada bulan Desember 2014 tersebut pemerintah pusat mengijinkan impor raw sugar sebesar 600 ribu ton, di saat stok gula Jatim yang masih menumpuk di gudang – gudang PG ± 730 ribu ton. Situasi pergulaan tahun 2014 yang lalu, memang tantangan terbanyaknya lebih pada hilir yaitu tata niaga gula, sedang masalah hulu produksi gula yaitu mulai aspek on farm dan off farm telah menunjukkan hasil yang baik, walaupun tentu saja tetap perlu peningkatan kinerja semua aspek tersebut.
Mengingat kondisi tahun 2014 tersebut, maka prediksi tahun 2015 mendatang nampaknya stok gula Jawa Timur akan bertambah lebih besar lagi. Sisa stok 2014 tersebut akan ditambah produksi gula tahun 2015 yang akan mulai giling bulan Mei 2015, menjadikan gula akan melimpah ruah di Provinsi Jawa Timur. Pertanyaan besarnya, lantas akan kita kemanakan gula itu? Semoga pemangku kebijakan tata niaga gula di pusat akan bisa menyelesaikan permasalahan ini sehingga petani tebu Jawa Timur akan tetap bersemangat menjadi penyumbang gula untuk memaniskan separuh nusantara.
(Tim)
Kondisi positif tersebut juga diiringi oleh berbagai permasalahan lain yang muncul pada saat tebu sudah menjadi gula. Harga gula tebu sesuai HPP 2014 dipatok pada Rp. 8.500 /kg. Namun yang terjadi di lapangan ternyata harga lelang tebu berada di bawah HPP yaitu di kisaran Rp. 7.500 – Rp. 8.000. Rendahnya harga lelang gula ini karena tidak lakunya gula di pasaran, diduga akibat rembesan gula rafinasi yang masuk di pasar konsumsi. Mestinya gula rafinasi yang memang lebih murah itu khusus untuk industri makanan dan minuman saja. Kalau sampai merembes ke pasar konsumsi tentu saja gula PG kalah bersaing harga dan menjadi tidak laku.
Permasalahan lain yang juga dirasakan adalah menjadi macetnya distribusi gula ke wilayah Indonesia Timur. Produksi gula Jawa Timur yang selalu surplus dari tahun ke tahun, dari total produksi Jatim 1,26 juta ton; konsumsi untuk Jawa Timur adalah 450 ribu ton sehingga ada surpus 810 ribu ton. Tahun – tahun yang lalu surplus gula Jawa Timur ini didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan gula di Indonesia Timur, namun tahun ini nampaknya distribusi tersebut menjadi macet. Hampir tidak ada aliran perdagangan gula ke wilayah Indonesia Timur. Pertanyaannya lantas dari mana Indonesia Timur bisa memenuhi kebutuhan gula konsumsinya kalau tidak dari Jawa Timur? Dan lagi – lagi rembesan gula rafinasi ke pasar konsumsi diduga menjadi penyebabnya.
Akumulasi dari permasalahan tersebut berakibat menumpuknya stok gula di gudang milik PG – PG di Jawa Timur. Tercatat sampai akhir tahun 2014, masih tersisa 730 ribu ton gula di gudang milik PG. Kondisi ini cukup membingungkan para pelaku industri gula di Jawa Timur. Yang juga menambah ganjalan lagi adalah pada bulan Desember 2014 tersebut pemerintah pusat mengijinkan impor raw sugar sebesar 600 ribu ton, di saat stok gula Jatim yang masih menumpuk di gudang – gudang PG ± 730 ribu ton. Situasi pergulaan tahun 2014 yang lalu, memang tantangan terbanyaknya lebih pada hilir yaitu tata niaga gula, sedang masalah hulu produksi gula yaitu mulai aspek on farm dan off farm telah menunjukkan hasil yang baik, walaupun tentu saja tetap perlu peningkatan kinerja semua aspek tersebut.
Mengingat kondisi tahun 2014 tersebut, maka prediksi tahun 2015 mendatang nampaknya stok gula Jawa Timur akan bertambah lebih besar lagi. Sisa stok 2014 tersebut akan ditambah produksi gula tahun 2015 yang akan mulai giling bulan Mei 2015, menjadikan gula akan melimpah ruah di Provinsi Jawa Timur. Pertanyaan besarnya, lantas akan kita kemanakan gula itu? Semoga pemangku kebijakan tata niaga gula di pusat akan bisa menyelesaikan permasalahan ini sehingga petani tebu Jawa Timur akan tetap bersemangat menjadi penyumbang gula untuk memaniskan separuh nusantara.
(Tim)